Teorema
Thevenin adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit
listrik. Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik
tertentu, kecuali beban, dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang
hanya mengandung sumber tegangan listrik independen dengan sebuah
resistor yang terhubung secara seri, sedemikian hingga hubungan antara
arus listrik dan tegangan pada beban tidak berubah. Sirkuit baru hasil
dari aplikasi teorema Thevenin disebut dengan sirkuit ekuivalen
Thevenin. Teorema ini dinamakan sesuai dengan penemunya, seorang
insinyur berkebangsaan Perancis, M. L. Thévenin.
Ditentukan
sebuah jaringan listrik seperti pada gambar dan bagian dalam kotak
hitam yang akan dicari sirkuit ekuivalennya; nilai sumber tegangan
V_{th} pada sirkuit ekuivalen Thevenin didapatkan dengan melepaskan
resistor beban di antara terminal A dan B lalu dihitung besar tegangan
sirkuit terbuka di antara kedua terminal tersebut. Sedangkan nilai
resistor pengganti R_{th} dapat dihitung dengan mematikan semua sumber
tegangan dan arus lalu dihitung nilai ekuivalen resistansi di antara
terminal A dan B.
Penggunaan utama dari teorema Thevenin
adalah menyederhanakan sebagian besar dari sirkuit dengan sirkuit
ekuivalen yang sederhana.
Teorema Thevenin menyatakan bahwa
dimungkinkan untuk menyederhanakan suatu rangkaian yang linier, seberapa
rumit sekalipun rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian ekivalen yang
berisi sumber tunggal yang disusun seri dengan sebuah beban (resistor).
Kata-kata linier adalah identik dengan yang ditemukan pada teorema
superposisi, dimana semua persamaan dasarnya harus linier (tidak ada
bentuk eksponen atau akar). Bila kita menjumpai rangkaian pasif (seperti
resistor, induktor, dan kapasitor), teorema ini bisa dipakai. Namun,
ada beberapa komponen seperti komponen semikonduktor adalah tidak
linier.
Teorema Thevenin ini berguna untuk
menganalisa sistem daya dan rangkaian lainnya dimana terdapat satu
resistor pada rangkaian tersebut (biasa disebut resistor beban) yang
dijadikan subjek perubahan, sehingga apabila nilai resistor beban itu
diubah-ubah, kita tidak perlu susah-susah menganalisa rangkaian secara
menyeluruh.
Teorema Thevenin membuat masalah ini
menjadi sederhana yaitu dengan “membuang” resistansi beban ini dari
rangkaian aslinya dan mereduksi rangkaian yang sudah dibuang bebannya
itu hingga menyisakan sebuah sumber yang tersusun seri dengan sebuah
resistor. Kemudian resistansi beban yang telah dibuang tadi disambung
ulang ke rangkaian yang telah terduksi. Maka rangkaian ini disebut
rangkaian ekivalen Thevenin. Rangkaian Thevenin ini ekivalen/sama
dengan/ sudah mewakili rangkaian yang asli.
Rangkaian Asli
Setelah diubah menjadi rangkaian ekivalen Thevenin
Rangkaian ekivalen Thevenin adalah rangkaian ekivalen dari B1, R1, R3, dan B2 yang “terlihat”dari dua titik dimana resistor beban (R2)
terhubung. Rangkaian ekivalen Thevenin, bila diturunkan dengan benar,
akan mempunyai sifat yang sama dengan rangkaian aslinya yang terdiri
dari B1, R1, R3, dan B2. Dengan kata lain, resistor beban (R2) tegangan dan arusnya haruslah sama dengan nilai R2 saat
berada pada rangkaian aslinya. Keuntungan menggunnakan konversi
Thevenin adalah untuk menyederhankan rangkaian, tentu saja agar nilai
tegangan dan arus bisa dihitung lebih mudah dari pada dihitung dengan
rangkaian aslinya. Untuk mendapatkan sumber tegangan dan resistor
Thevenin adalah hal yang mudah. Pertama-tama, pilih resistor bebannya
dan “singkirkan” dari rangkaian aslinya. Selanjutnya, tegangan di antara
dua titik yang ditempati oleh resistor beban tadi dihitung nilainya.
Gunakan analisa apa saja untuk menghitung tegangan ini. Untuk kasus
ini, rangkaian yang telah dibuang resistor bebannya ini hanyalah sebuah
rangkaian seri, sehingga kita bisa menghitung tegangan di terminal beban
yang terbuka tadi dengan mudah
Baterai B1 dan B2 tersusun seri, bisa digantikan dengan sumber tegangan tunggal yaitu E = 28 – 7 V = 21 V.
Dengan pembagi tegangan
VR3 = (21 V) × (1 Ω / 1 Ω + 4 Ω) = 4.2 V, tegangan terminal terbuka ini paralel dengan B2 yang seri dengan R3, maka
Vthevenin = VR3 + B2 = 4.2 V + 7 V = 11.2 V
11.2 V adalah nilai tegangan thevenin pada rangkaian ekivalen seperti :
Selanjutnya, untuk menghitung resistansi seri (Rthevenin),
kita kembali ke rangkaian asli (tanpa resistor beban), “singkirkan”
sumber-sumber nya (sama seperti aturan pada teorema Superposisi : sumber
tegangan di short circuit dan sumber arus di open circuit), berarti
rangkaian tersebut hanya menyisakan resistor-resistor saja, lalu hitung
resistansi penggantinya.
Dengan dibuangnya kedua baterai, total resistansi yang terukur adalah
Rthevenin = R1 || R3 = 4 Ω || 1 Ω = 0.8 Ω
Setelah mendapatkan tegangan thevenin dan resistansi thevenin, maka rangkaian pengganti Theveninnya adalah
Rangkaian
pengganti ini terhubung dengan resistor beban (2 Ω) , kita dapat
menghitung tegangan dan arus resistor beban ini. Perhitungan menjadi
mudah, karena sekarang rangkaian sudah menjadi rangkaian seri yang
sederhana.
Itotal = Ibeban = Ethevenin / Rthevenin + Rbeban = 11.2 V / (0.8 Ω + 2 Ω) = 4 A
Vbeban = Itotal × Rbeban = (4 A) (2 Ω) = 8 V
Perhatikan bahwa nilai tegangan dan arus R2
(8 V, dan 4 A) adalah identik apabila anda menghitungnya dengan
menggunakan metode analisa yang lainnya. Tapi, keuntungan teorema ini
adalah anda dapat dengan cepat menghitung arus dan tegangan apabila
nilai resistor beban ini berubah, jadi anda dapat langsung menghitungnya
tanpa menganalisa rangkaian secara menyeluruh.
Soal-soal contoh di atas adalah rangkaian
yang berisi sumber independen. Namun pada gambar 3-28, rangkaian yang
kita analisa mengandung sumber dependen. Kita ingin merubah rangkaian
tersebut menjadi rangkaian ekivalen Theveninnya. untuk menentukan vTh (selanjutnya kita sebut vTh = voc , OC singkatan dari open circuit) , kita perhatikan bahwa vx = voc,
dan arus yang dihasilkan dari dependen source mau tidak mau harus
mengalir melewati resistor 2 kΩ karena arus tidak bisa mengalir ke arah
kanan (rangkaian yang kanan open). Dengan menerapkan KVL terhadap loop
yang terluar, kita dapatkan
-4 + 2 × 103 (-vx / 4000) + 3 × 103 (0) + vx = 0
diperoleh
vx = voc = 8 V (ini adalah nilai vTh)
Dengan menggunakan teorema Thevenin,
rangkaian ekivalennya dapat dibentuk dari rangkaian yang telah dimatikan
sumbernya (sumber tegangan independen 4V dishort) seri dengan sumber
tegangan 8V, seperti ditunjukkan gambar 3-28 b. Rangkaian ini sudah
benar, tetapi pada rangkaian linier, rangkaian ini masih belum
sederhana. Kita masih harus menentukan RTh. Maka untuk mendapatkannya kita harus mencari nilai isc
(sc singkatan dari short circuit). Caranya adalah dengan membuat short
terminal yang terbuka di sebelah kanan pada gambar rangkaian 3-28 a,
jadi nilai vx = 0 sehingga sumber arus dependen ini nilainya juga nol (open circuit). Maka nilai isc = 4 / (5×103) = 0.8 mA. Sehingga RTh = voc/isc = 8 V / (0.8 mA) = 10 kΩ, dan rangkaian ekivalen Theveninnya ditunjukkan pada gambar 3-28 c.
Contoh rangkaian berikutnya lebih sulit.
Pada gambar 3-29 a rangkaian yang akan dianalisa hanya mengandung sumber
dependen (tidak ada sumber independen) . Sehingga rangkaian ini sudah
dalam kondisi mati (tidak ada sumber lagi yang bisa dimatikan, ingat
bahwa sumber dependen tidak dapat dimatikan) dan nilai voc = 0. Jadi, kita harus menentukan nilai RTh. Pada contoh sebelumnya, RTh dapat dihitung dari hasil pembagian voc dengan isc (hukum Ohm). Namun, untuk kasus rangakaian ini, nilai voc dan isc
nya sudah jelas adalah nol karena tidak ada sumber independen. Maka
kita harus melakukan suatu trik. Kita menggunakan sumber arus eksternal
sebesar 1 A. Kemudian hitung nilai tegangan v pada sumber arus eksternal
ini seperti ditunjukkan pada gambar 3-29 b. Pada gambar itu kita lihat i
= -1.
nilai v pada gambar 3-29 b dapat dihitung (pakai KCL)
(v – (1.5) (-1)) / 3) + (v/2) = 1
diperoleh v = 0.6 V
Sehingga RTh dapat dihitung dengan cara RTh = v / sumber arus eksternal = 0.6 V / 1 A = 0.6 Ω
Jadi kita peroleh rangkaian ekivalen
Theveninnya seperti pada gambar 3-29 c. perhatikan bahwa rangkaian itu
tidak memiliki sumber tegangan (vTh) alias vTh = 0.
Catatan Praktek:
Sebuah baterai (misal baterai ukuran D)
dapat direpresentasikan sebagai rangkaian ekivalen Thevenin seperti
ditunjukkan gambar berikut ini.
Tegangan Thevenin (ETH) menunjukkan tegangan open circuit (tidak berbeban) dari baterai, sedangkan resistansi Thevenin (RTH)
adalah resistansi internal dari baterai. Ketika resistansi beban
dihubungkan pada terminal baterai, tegangan Vab akan berkurang karena
terjadi drop tegangan pada resistansi internal baterai. Dengan melakukan
dua pengukuran, kita dapat menentukan rangkaian ekivalen thevenin dari
baterai.
Ketika terminal baterai tidak dibebani, tegangan terminalnya haruslah Vab = 1.493 V. Ketika resistansi beban , RL = 10.6 Ω dihubungkan pada terminal baterai, tegangan yang terukur menjadi Vab
= 1.430 V. Maka, dari dua pengukuran tegangan ini (saat tanpa beban dan
saat diberi beban) dapat ditentukan nilai resistansi internal dari
baterai.
Hasil pengukuran tegangan Saat tidak dibebani, berarti ini adalah nilai tegangan Thevenin
ETH = 1.493 V
Saat diberi beban, tegangan yang terukur menjadi 1.430 V. Maka nilai arus pada rangkaian tersebut
VRL = 1.430 V
I = VRL / RL = 1.430 V / 10.6 Ω = 0.135 A
Drop tegangan pada resistansi internal baterai adalah
VRTH = 1.493 V – 1.430 V = 0.063 V, maka resistansi internal baterai (atau resistansi Thevenin) adalah
RTH = VRTH / I = 0.063 V / 0.135 A = 0.467 Ω.
EmoticonEmoticon